!-- DahsyAd - ad code starts -->

Sabtu, 18 Februari 2012

I N F L A S I DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Permasalahan Ekonomi Makro ( 7 )

I N F L A S I
DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI
Permasalahan Ekonomi Makro
( 7 )


BAB IV
KESIMPULAN

  1. Dalam perekonomian dengan system ekonomi pasar dan system ekonomi campuran disetiap Negara inflasi pasti ada, pepatah bilang inflasi adalah hantu perekonomian.
  2. Inflasi yang terkendali juga menunjukan bahwa Negara tersebut perekonomiannya sedang tumbuh, inflasi disebabkan oleh permintaan atas barang – barang produksi yang disebabkan oleh miningkatnya permintaan atas barang – barang konsumsi.
  3. Laju infalsi dapat dikendalikan dengan cara targeting inflasi.
  4. Laju inflasi harus lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Kerangka+Kebijakan+Moneter/ diakses tanggal 20 jannuari 2012 jam 22.30 wib
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Bank+Indonesia+dan+Inflasi/penetapan.htm diakses tanggal 20 jannuari 2012 jam 22.30 wib
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Pengenalan+Inflasi/ diakses tanggal 20 jannuari 2012 jam 22.30 wib
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Pengenalan+Inflasi/ diakses tanggal 20 jannuari 2012 jam 22.30 wib
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Kerangka+Kebijakan+Moneter/mengapa.htm diakses tanggal 20 jannuari 2012 jam 22.30 wib
http://www.tradingeconomics.com/inflation-rates-list-by-country akses tanggal 21 januari jam 01 wib
http://rasz17.blogspot.com/2011/05/inflasi-indonesia-tertinggi-kedua-di.html tanggal 21 jannuari 2012 jam 00.30 wib
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertian-dan-jenis-inflasi.html tanggal 21 jannuari 2012 jam 00.30 wib
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_makro diakses tanggal 20 jannuari 2012 jam 22.30 wib
http://agusyantono.wordpress.com tanggal 20 jannuari 2012 jam 23.00 wib
http://yansosial.wordpress.com/2010/07/23/permasalahan-ekonomi-makro/ tanggal 21 jannuari 2012 jam 00.30 wib
http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi diakses tanggal 20 jannuari 2012 jam 22.30 wib
http://www.bps.go.id/aboutus.php?inflasi=1 diakses tanggal 20 jannuari 2012 jam 22.30 wib
http://www.gaikindo.or.id/download/industry-policies/k-bank-indonesia/OEI-2008-2012.pdf tanggal 20 jannuari 2012 jam 23.30 wib
http://dashboard.bappenas.go.id/upload/grafik_perkembangan_ekonomi/makro_bahasa_indonesia_18_februari_2011.pdf tanggal 20 jannuari 2012 jam 23.30 wib

I N F L A S I DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Permasalahan Ekonomi Makro ( 6 )

I N F L A S I
DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI
Permasalahan Ekonomi Makro
( 6 )



Tabel Daftar negara yang diurutkan dengan Tingkat Inflasi IHK

Negara
Terbaru
2010
2009
2008
2007
28.90
27.20
26.90
31.90
22.50
19.83
11.75
6.52
19.87
12.75
19.20
5.60
12.20
13.50
6.40
18.93
4.51
5.32
27.72
12.00
12.60
14.30
1.90
20.80
15.10
11.28
15.31
14.00
13.18
11.78
10.63
8.28
8.51
10.50
11.80
13.90
15.10
6.60
10.45
6.40
6.53
10.10
8.39
10.20
15.46
10.52
23.34
8.79
10.00
10.30
13.50
18.30
6.90
9.50
10.90
7.70
7.20
8.50
9.34
9.47
14.97
9.70
5.51
9.20
7.40
5.80
13.70
8.10
8.69
17.44
2.26
8.55
8.58
16.00
18.10
12.70
7.40
7.80
7.30
17.00
10.80
7.40
0.20
5.70
22.30
6.60
7.00
8.80
8.80
13.30
11.90
6.90
7.18
0.26
11.85
11.73
6.90
6.90
4.80
14.40
18.80
6.50
5.91
4.31
5.90
4.46
6.20
7.20
1.90
7.50
6.00
6.10
3.50
6.30
9.50
8.90
6.00
3.10
7.00
10.90
7.10
5.90
9.10
12.30
22.30
16.60
5.70
2.90
1.30
2.10
3.80
5.70
4.60
-0.50
5.50
3.70
5.20
2.50
7.50
18.13
5.86
5.20
5.40
4.25
8.98
6.47
4.92
2.73
5.74
4.46
3.51
4.80
3.10
4.40
8.00
3.90
4.72
2.08
0.25
6.65
3.93
4.60
3.10
3.50
3.30
4.00
4.40
3.00
-1.06
7.76
6.27
4.40
1.30
0.50
4.40
3.40
4.40
4.00
4.10
4.10
5.10
4.20
3.50
2.80
4.14
3.61
4.20
3.70
2.90
3.10
2.10
4.10
4.60
1.90
1.20
6.50
4.10
4.70
5.60
3.50
7.40
4.00
2.40
-1.40
10.40
14.00
3.85
3.40
0.30
2.70
3.10
3.82
4.40
3.57
6.53
3.76
3.79
6.96
2.78
11.06
6.59
3.70
5.72
-1.71
6.98
9.57
3.70
2.50
-0.10
0.80
2.70
3.60
2.30
1.10
1.50
3.50
3.60
3.17
2.00
7.67
5.69
3.60
3.00
3.50
0.40
3.20
3.50
2.70
2.10
3.70
3.00
3.40
3.80
1.30
8.50
8.10
3.30
1.90
1.00
2.20
2.60
3.20
2.78
1.80
1.09
3.40
3.14
8.00
4.80
6.30
6.60
3.00
2.20
1.10
4.40
2.40
3.00
1.50
2.70
0.10
4.10
2.90
2.90
-0.50
3.50
2.60
2.80
4.50
0.60
7.80
12.50
2.80
3.00
-2.10
5.50
4.90
2.70
2.20
0.90
1.60
3.10
2.50
2.80
1.40
2.40
2.30
2.50
1.80
0.90
1.00
2.60
2.50
1.30
-5.00
1.15
4.70
2.50
-0.14
-9.96
13.16
2.40
2.30
1.00
3.60
5.40
2.40
5.20
2.60
2.00
3.90
2.40
1.90
1.10
1.90
1.90
2.40
3.00
0.80
1.40
4.20
2.30
2.40
1.30
1.20
2.40
2.30
2.30
0.90
0.90
3.50
2.20
2.70
3.90
3.80
3.40
2.10
1.70
0.80
1.10
3.10
2.00
1.90
1.80
2.10
5.60
1.80
4.00
2.00
3.40
3.20
1.60
2.20
-1.60
4.00
1.01
1.24
-0.25
1.27
3.33
0.20
2.80
2.00
2.10
2.80
-0.09
1.73
1.56
12.30
11.10
-0.50
0.00
-1.70
0.40
0.70
-0.70
0.50
0.28
0.70
2.00


Inflasi dan perekonomian Indonesia
Inflasi dan perekonomian Indonesia sangat saling berkaitan. Apabila tingkat inflasi tinggi, sudah dipastikan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana akan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi.

Data Tabel Inflasi Indonesia 2007 - 2012

BULAN
TAHUN 2007
TAHUN 2008
TAHUN 2009
TAHUN 2010
TAHUN 2011
TAHUN 2012
IHK
INFLASI
IHK
INFLASI
IHK
INFLASI
IHK
INFLASI
IHK
INFLASI
IHK
INFLASI
Jan
147.41
1.04
158.26
1.77
113.78
-0.07
118.01
0.84
126.29
0.89
N.A
N.A
Feb
148.32
0.62
159.29
0.65
114.02
0.21
118.36
0.30
126.46
0.13
N.A
N.A
Mar
148.67
0.24
160.81
0.95
114.27
0.22
118.19
-0.14
126.05
-0.32
N.A
N.A
Apr
148.43
-0.16
161.73
0.57
113.92
-0.31
118.37
0.15
125.66
-0.31
N.A
N.A
Mei
148.58
0.10
164.01
1.41
113.97
0.04
118.71
0.29
125.81
0.12
N.A
N.A
Jun
148.92
0.23
110.08
2.46
114.10
0.11
119.86
0.97
126.50
0.55
N.A
N.A
Jul
149.99
0.72
111.59
1.37
114.61
0.45
121.74
1.57
127.35
0.67
N.A
N.A
Agt
151.11
0.75
112.16
0.51
115.25
0.56
122.67
0.76
128.54
0.93
N.A
N.A
Sep
152.32
0.80
113.25
0.97
116.46
1.05
123.21
0.44
128.89
0.27
N.A
N.A
Okt
153.53
0.79
113.76
0.45
116.68
0.19
123.29
0.06
128.74
-0.12
N.A
N.A
Nov
153.81
0.18
113.90
0.12
116.65
-0.03
124.03
0.60
129.18
0.34
N.A
N.A
Des
155.50
1.10
113.86
-0.04
117.03
0.33
125.17
0.92
129.91
0.57
N.A
N.A
Tahunan
6.59
11.06
2.78
6.96

Grafik IHK dan Inflasi Bulanan 2007 - 2012


Grafik Inflasi Tahunan 2007 - 2012


Keterangan (Notes) :
1. Sebelum April 1979, yang digunakan sebagai dasar yaitu September 1966 ( September 1966 = 100 )
(1. Before April 1979, the base year is September 1966 (September 1966 = 100))
2. Mulai April 1979, digunakan istilah Indeks Harga Konsumen (sebelumnya menggunakan istilah Index Biaya Hidup). Dasarnya April 1977-Maret 1978. Menggunakan pola konsumsi hasil SBH (Survey Biaya Hidup ) tahun 1977/1978 di 17 ibukota propinsi ( April 1977-Maret 1978 = 100 ).
(2.Since April 1979, the Term "Consumer Price Index" has been used ( the term that has been used before is "Cost Living Index"). The base year is April 1977-Maret 1978. CPI using a consumption pattern obtained from 1977/1978 Cost Living Survey in 17 Provincial Capital cities.) (April 1977-Maret 1978=100)
3. Mulai April 1990-1997, IHK menggunakan tahun dasar 1988/1989. Menggunakan pola konsumsi biaya hidup hasil SBH di 27 ibukota propinsi. (1988/1989 = 100 )
(3. Since April 1990-1997, CPI has been based on a consumption pattern obtained from Cost Living Survey in 27 Provincial Capital cities and using 1988/1989 base year) (1988/1989=100)
4. Mulai Desember 1997, IHK menggunakan pola konsumsi hasil SBH di 44 Kota tahun 1996. ( 1996 = 100)
(4 . Since December 1997, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 1996 Cost of Living Survey in 44 cities(1996=100))
5. Mulai Januari 2004, digunakan tahun dasar 2002. IHK dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil SBH di 45 kota tahun 2002 ( 2002 = 100 )
(5. Since January 2004, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 2002 Cost of Living Survey in 45 cities(2002=100))
6. Mulai Juni 2008, digunakan tahun dasar 2007, IHK dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil SBH di 66 kota tahun 2007 (2007 = 100)
(6. Since June 2008, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 2007 Cost of Living Survey in 66 cities(2007=100))

Inflasi di Indonesia diumpamakan seperti penyakit endemis dan berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia dan Thailand senantiasa lebih rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (“kalau perlu uang, cetak saja”). Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka “inflasi inti” masih lebih besar daripada 5 persen setahun.

Tabel Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007 - 2020 ( Persen )

Lapangan Usaha
Laju Pertumbuhan
Sumber Pertumbuhan
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1.
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
3,5
4,8
4,1
2,9
0,5
0,6
0,5
0,4
2.
Pertambangan dan Pengalian
1,9
0,7
4,4
3,5
0,2
0,1
0,4
0,3
3.
Industri Pengolahan
4,7
3,7
2,2
4,5
1,2
0,9
0,6
1,1
4.
Listrik, Gas, dan Air Bersih
10,3
10,9
14,3
5,3
0,1
0,1
0,1
0
5.
Konstruksi
8,5
7,5
7,1
7
0,5
0,4
0,4
0,4
6.
Perdagangan,  Hotel dan Restoran
8,9
6,9
1,3
8,7
1,4
1,1
0,2
1,4
7.
Pengangkutan dan Komunikasi
14
16,6
15,5
13,5
0,9
1,1
1,2
1,1
8.
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
8
8,2
5,1
5,7
0,7
0,7
0,5
0,5
9.
Jasa-jasa
6,4
6,2
6,4
6
0,6
0,5
0,6
0,5

PDB
6,3
6
4,6
6,1
6,3
6
4,6
6,1

PDB Tanpa Migas
6,9
6,5
5
6,6
-
-
-
-
       Sumber Data BPS

Grafik Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha 2007 - 2012



Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada Triwulan III-2009 meningkat sebesar 3,9 persen terhadap Triwulan II-2009 (q-to-q). Peningkatan terjadi hampir pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pertanian 7,3 persen dan terendah di Sektor Jasa-jasa yaitu minus 0,3 persen.
Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (y-on-y), PDB Indonesia Triwulan III-2009 ini tumbuh sebesar 4,2 persen, dimana hampir semua sektor tumbuh positif dan yang tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 18,2 persen, sedangkan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tumbuh minus 0,6 persen.

Secara kumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia hingga Triwulan III-2009 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 (c-to-c) tumbuh sebesar 4,2 persen.
Besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada Triwulan III-2009 Rp1.452,5 triliun sehingga kumulatif Triwulan ke III-2009 mencapai Rp4.131,1 triliun.

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan PDB Triwulan III-2009 terhadap triwulan sebelumnya didorong oleh kenaikan konsumsi rumah tangga sebesar 1,8 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 6,6 persen, ekspor sebesar 8,5 persen, dan impor 8,3 persen. Sementara konsumsi pemerintah pada Triwulan III-2009 tumbuh minus 0,5 persen dibanding triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan PDB penggunaan Triwulan III-2009 bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (4,2 persen) ditopang oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah 10,2 persen, konsumsi rumah tangga 4,7 persen, dan PMTB sebesar 4,0 persen. Sedangkan ekspor tumbuh minus 8,2 persen dan impor juga tumbuh minus 18,3 persen.

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada Triwulan III 2009 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,8 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,3 persen, Pulau Kalimantan 9,5 persen, dan Pulau Sulawesi 4,5 persen dan sisanya 4,9 persen di pulau-pulau lainnya.

Perekonomian
Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif akan sangat memengaruhi iklim investasi di Indonesia. Mungkin hal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri.

Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini di dalam pemberantasan terorisme, serta pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.

Penetapan Target Inflasi
Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.

Sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya ke depan sehingga tingkat inflasi dapat diturunkan pada tingkat yang rendah dan stabil. Pemerintah dan Bank Indonesia akan senantiasa berkomitmen untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan tersebut melalui koordinasi kebijakan yang konsisten dengan sasaran inflasi tersebut. Salah satu upaya pengendalian inflasi menuju inflasi yang rendah dan stabil adalah dengan membentuk dan mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat agar mengacu (anchor) pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan (Lihat Peraturan Menteri Keuangan tentang sasaran inflasi 2010-2012)

Angka target atau sasaran inflasi dapat dilihat pada web site Bank Indonesia atau web site instansi Pemerintah lainnya seperti Departemen Keuangan, Kantor Menko Perekonomian, atau Bappenas. Sebelum UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sementara setelah UU tersebut, dalam rangka meningkatkan kredibilitas Bank Indonesia maka sasaran inflasi ditetapkan oleh Pemerintah.

Tabel perbandingan Target Inflasi dan Aktual Inflasi

Tahun
Target Inflasi
Inflasi Aktual
(%, yoy)
2001
4% - 6%
12,55
2002
9% - 10%
10,03
2003
9 +1%
5,06
2004
5,5 +1%
6,40
2005
6 +1%
17,11
2006
8 +1%
6,60
2007
6 +1%
6,59
2008
5 +1%
11,06
2009
4,5 +1%
2,78
2010*
5+1%
6,96
2011*
5+1%
3,79
2012*
4.5+1%
-
*) berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 tanggal 24 Agustus 2010

Kerangka Kebijakan Moneter di Indonesia
Dalam  melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah kerangka kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kerja ini diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan uang primer (base money) sebagai sasaran kebijakan moneter.  

Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut. Untuk mencapai sasaran inflasi, kebijakan moneter dilakukan secara forward looking, artinya perubahan stance kebijakan moneter dilakukan melaui evaluasi apakah perkembangan inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah dicanangkan.  Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter juga ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik.  Secara operasional,  stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan  (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan.  Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi.

Mengapa ITF ?
Dengan telah dilepaskannya sistem nilai tukar dengan band intervensi nilai tukar (crawling band) di tahun 1997, Bank Indonesia memerlukan jangkar nominal (nominal anchor)  baru dalam rangka menjalankan kebijakan moneter.  Jangkar nominal adalah variabel nominal (seperti indeks harga, nilai tukar, atau uang beredar) yang ditargetkan secara eksplisit oleh bank sentral sebagai dasar/patokan bagi pembentukan harga lainnya.  Misalnya kalau nilai tukar dijadikan target, maka inflasi luar negeri akan menjadi inflasi domestik.

Mengapa kebijakan moneter memerlukan jangkar nominal? Karena tanpa adanya jangkar nominal, tidak ada kejelasan kemana kebijakan moneter akan diarahkan sehingga masyarakat tidak memiliki pedoman dalam membuat ekspektasi inflasi.  Ibarat kapal yang mengapung di lautan tanpa kejelasan kearah mana kapal dilabuhkan.  Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal masyarakat akan membuat ekspektasi inflasi yang diperlukan dalam kalkulasi usahanya sesuai dengan jangkar nominal tersebut.  Dengan mengumumkan sasaran inflasi dan Bank Indonesia secara konsisten dapat mencapainya akan meningkatkan kredibilitas kebijaan moneter yang pada gilirannya ekspektasi inflasi masyarakat sesuai dengan sasaran yang ditetapkan BI.

Ada sejumlah alasan mengapa menggunakan jangkar nominal dengan ITF.
ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat.  Dengan sasaran inflasi secara eksplisit masyarakat akan memahami arah inflasi.  Sebaliknya dengan sasaran base money, apalagi jika hubungannya dengan inflasi tidak jelas, masyarakat lebih sulit mengetahui arah inflasi kedepan.

ITF yang memfokuskan pada inflasi sebagai prioritas kebijakan moneter sesuai dengan mandat yang diberikan kepada Bank Indonesia.
ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan pada inflasi yang memerlukan time lag.

ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter mendorong kredibilitas kebijakan moneter.  Aspek transparansi dan akuntabilitas serta kejelasan akan tujuan ini merupakan aspek-aspek good governance dari sebuah bank yang telah diberikan independensi.

ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang beredar, output dan inflasi.  Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang lebih komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah variabel informasi tentang kondisi perekonomian.